Friday 9 July 2010

Belanda, Leluhur Dibenci Dan Dipuji

Goal.com
Bagi masyarakat mayoritas kulit hitam Afrika Selatan, Piala Dunia 2010 telah usai setelah Bafana Bafana gagal mencapai babak kedua. Namun bagi sebagian populasi Afrikaner, Piala Dunia baru akan berakhir setelah final Belanda-Spanyol.

Anja Bredell, mahasiswa design fashion berusia 25 tahun asal Pretoria, mengatakan dirinya akan hadir stadion untuk mendukung Belanda. Namun Greta Bredell, seorang copywriter yang juga berasal dari Pretoria, mengatakan; "Saya ingin Spanyol menang. Saya tidak menyukai Belanda."

Tidak diketahui apa hubungan kedua Bredell ini. Yang pasti keduanya adalah Afrikaner, populasi keturunan Belanda. Nenek moyang mereka bermukim di Afsel sejak Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) mendirikan permukiman pertama di Cape Town tahun 1652.

Pemukim inilah yang menciptakan budaya Afrikaans. Ketika lebih banyak imigran Belanda datang ke Western Cape pada tahun-tahun berikutnya, mereka menjadi mapan sebagai Afrikans. Sampai saat ini Cape Town masih menjadi rumah bagi sebagian besar Afrikans.

Anja merasa masih memiliki hubungan yang kuat dengan nenek moyangnya, karena mewarisi fisik khas Belanda. "Anda lihat kan mata saya biru, rambut pirang, dan kulit cerah," ujarnya.

Senada dengan Anja, Pieter Seyffert -- pembalap sepeda profesional berusia 24 tahun asal Johannesburg -- masih merasa bagian dari Belanda. Ia mengaku tidak bisa mengingkari asal-usulnya.

"Kami, masyarakat Afrikaner, mungkin lebih dekat ke tim Belanda dibanding tim mana pun," ujar Seyffert. "Bahkan, kami sama sekali tida mendukung tim Afrika Selatan."

Selain hubungan budaya leluhur antara Afrikan dan Belanda, dua masyarakat ini juga relatif menggunakan bahasa yang sama. Namun Afrikans berbicara Bahasa Belanda dengan dialek Afrikaans, yang membedakan mereka dari orang-orang di Amsterdam.

Judith Visser -- pelajar berusia 21 tahun dari Vanderbijlpark, sebelah selatan Johannesburg -- mengatakan setengah dari keluarganya pasti mendukung Belanda dengan alasan asal-usul, tapi setengah lainnya mungkin tidak.

Setelah migran Belanda -- yang dikenal dengan sebutan Boers -- menciptakan permukiman di banyak tempat di Afsel, orang-orang Inggris datang. Terjadi persaingan sengit, sampai akhirnya pecat perang Anglo-Boers 1899-1902.

Inggris memenangkan perang itu, tapi Afrikaner -- kebanyakan miskin dan petani tak berpendidikan -- tetap bermukim dan tumbuh menjadi besar.

Hubungan Afrikaner-Belanda juga berkaitan dengan pertarungan menegakan demokrasi dan persamaan hak di Afsel. Belanda adalah penentang keras kebijakan Apartheid.

Antara 1948 sampai 1994, Afrikaner mendominasi pemerintahan yang menjalankan politik segregasi. Mereka memaksa penduduk kulit hitam tinggal di pinggir kota, dan kulit putih menguasai kota.

Greta punya untuk tidak mendukung timnas Belanda. Sebagai orang yang pernah menikmati masa keemasan politik Apartheid, Greta melihat Belanda sebagai leluhur tak disukai.

Sikap Greta juga mulai menular ke generasi muda Afrikaner saat ini. Karin van Rooyen, misalnya, menolak belajar Bahasa Belanda dan lebih suka mengambil kelas Bahasa Inggris di sekolahnya. Ia merasa telah terpisah dari akar leluhurnya.

"Saya tidak peduli dengan kaitan bahasa antara Afrikaner dengan Belanda," ujar pelajar dari Witbank itu. "Tapi jika Belanda menjadi juara dunia, ya saya senang-senang saja."

David Maree, rekan Seyffert, punya alasan lain untuk tidak mendukung Belanda atau Spanyol. Menurutnya, Afrikans lebih menyukai rugby daripada sepakbola.

"Kami baru menyaksikan sepakbola dalam dua bulan ini saja," ujar Maree. "Kami tidak peduli siapa yang akan juara, karena kami hanya fokus pada tradisi."

Keterangan:
Apartheid (arti dari bahasa Afrikaans: apart memisah, heid sistem atau hukum) adalah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990.
Hukum apartheid dicanangkan pertama kali di Afrika Selatan, yang pada tahun 1930-an dikuasai oleh dua bangsa kulit putih, koloni Inggris di Cape Town dan Namibia dan para Afrikaner Boer (Petani Afrikaner) yang mencari emas/keberuntungan di tanah kosong Arika Selatan bagian timur atau disebut Transvaal (sekarang kota Pretoria dan Johannesburg).
Setelah Perang Boer selesai, penemuan emas terjadi di beberapa daerah di Afrika Selatan, para penambang ini tiba-tiba menjadi sangat kaya, dan kemudian sepakat untuk mengakhiri perang di antara mereka, dan membentuk Persatuan Afrika Selatan.
Perdana Menteri Hendrik Verwoerd pada tahun 1950-an mulai mencanangkan sistem pemisahan di antara bangsa berkulit hitam, dan bangsa berkulit putih, yang sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1913 yaitu "Land Act" dimana para bangsa kulit hitam tidak boleh memiliki tanah semeter pun di luar batas "Homeland" mereka, yang sangat kotor dan tidak terawat. Dari banyak sekali Homeland (bahasa Afrikaans: Tuisland) yang dibentuk/ dipisahkan dari Afrika Selatan yang "putih". Empat menyatakan kemerdekaannya; yaitu negara yang dikelompokkan menjadi TBVC (Transkei, Bophutatswana, Venda, dan Ciskei) dari suku bahasanya.
Frederik Willem de Klerk adalah orang yang mengakhiri masa suram ini dengan pidato-pidatonya yang reformatif. Negara Republik Afrika Selatan setelahnya ini akan berdiri dengan pimpinan demokratis Nelson Mandela yang mempunyai nama alias "Rolitlatla" (Pengambil Ranting/pencari gara-gara). (Wikipedia)

ORIFLAME UNIVERSITY

Blog Archive

ALAMAT IP KAMU

streetdirectory.co.id

Muthofar Hadi Sponsor Umroh/Haji

PT Armina Reka Perdana adalah salah satu agen perjalanan Haji/Umrah di Indonesia yang sudah berdiri sejak 1990. Ikuti jamaahnya dan dapatkan kuotanya, Bergabung Klik di sini.